Presiden Joko Widodo dikabarkan kesal karena penanganan stunting di Indonesia masih belum optimal sementara anggaran stunting lebih banyak digunakan untuk perjalanan dinas dan rapat. Padahal, di awalnya Jokowi udah menargetkan penurunan angka stunting hingga 2024 mesti raih 14%.
Kira-kira kenapa stunting ini membuat Presiden Jokowi kesal? Yuk, review ulasan lengkap mengenai isu kebugaran global yang satu ini.
Definisi stunting
Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan linier pada anak akibat gizi buruk dan kekurangan nutrisi yang kronis. Secara medis, stunting terjadi ketika tinggi badan anak di bawah usia lima tahun jauh di bawah standar pertumbuhan yang diharapkan untuk usia dan jenis kelaminnya. Dalam definisi ini, stunting dinyatakan sebagai keadaan ketika tinggi badan anak berada di bawah -2 standar deviasi (SD) dari standar pertumbuhan yang ideal yang diukur oleh WHO Child Growth Standards.
Stunting bukanlah kondisi yang terjadi secara tiba-tiba, melainkan merupakan akumulasi dari kekurangan gizi dan nutrisi dalam jangka waktu yang panjang, terutama pada masa 1.000 hari pertama kehidupan, yaitu mulai dari periode kehamilan hingga usia dua tahun anak. Pada periode ini, kekurangan gizi dan nutrisi dapat memiliki dampak yang jangka panjang terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak.
Dalam konteks stunting, pertumbuhan linier meliputi tinggi badan sebagai ukuran utama, sedangkan berat badan untuk usia (underweight) dan berat badan pendek untuk usia (wasting) menggambarkan masalah gizi yang berbeda. Stunting memiliki implikasi serius terhadap kesehatan dan perkembangan anak, termasuk penurunan kecerdasan kognitif, peningkatan risiko penyakit kronis, serta pengaruh negatif pada produktivitas dan pembangunan suatu negara.
Penyebab stunting
Ada beberapa faktor penyebab stunting, yang meliputi:
- Kekurangan gizi: Kurangnya asupan gizi yang mencukupi, terutama protein, energi, vitamin, dan mineral penting, dapat menyebabkan stunting pada anak. Gizi buruk pada ibu selama kehamilan juga dapat berkontribusi terhadap stunting pada anak.
- Infeksi dan penyakit: Infeksi kronis, seperti infeksi saluran pernapasan, diare berulang, dan parasit, dapat mengganggu penyerapan nutrisi dan menghambat pertumbuhan anak.
- Faktor sosial dan ekonomi: Kemiskinan, akses terbatas terhadap makanan bergizi, sanitasi yang buruk, air bersih yang tidak mencukupi, dan pendidikan yang rendah dapat menjadi faktor risiko stunting.
- Praktik pemberian makan yang tidak tepat: Pemberian makanan dengan kualitas dan kuantitas yang tidak memadai, serta pengenalan makanan pendamping ASI yang terlambat atau tidak tepat, dapat berkontribusi terhadap stunting.
- Faktor lingkungan: Lingkungan yang tidak sehat, termasuk akses terbatas terhadap sanitasi yang baik, air bersih, dan perumahan yang layak, dapat mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan anak.
- Faktor genetik: Beberapa faktor genetik dan faktor keturunan dapat memengaruhi potensi pertumbuhan anak dan membuat mereka rentan terhadap stunting.
- Faktor psikososial: Stres, perhatian dan stimulasi yang tidak memadai, serta kurangnya interaksi sosial yang positif juga dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Penting untuk memahami bahwa stunting adalah hasil dari interaksi yang kompleks antara berbagai faktor tersebut, dan faktor-faktor tersebut seringkali saling terkait dan memperkuat satu sama lain. Upaya pencegahan dan penanggulangan stunting melibatkan pendekatan yang komprehensif dan berbagai sektor, termasuk gizi, kesehatan, sanitasi, pendidikan, dan pembangunan ekonomi.
Dampak stunting pada perkembangan anak
Stunting memiliki dampak serius pada perkembangan anak, baik secara fisik maupun kognitif. Berikut adalah beberapa dampak yang dapat terjadi:
- Pertumbuhan terhambat: Stunting mengakibatkan pertumbuhan linier yang terhambat, sehingga tinggi badan anak tidak mencapai potensi maksimalnya. Hal ini dapat berdampak pada penampilan fisik yang lebih pendek dan berpengaruh pada perkembangan seluruh sistem tubuh.
- Keterbatasan kemampuan kognitif: Stunting berhubungan erat dengan penurunan kemampuan kognitif dan kecerdasan anak. Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah, seperti keterbatasan dalam pemecahan masalah, daya ingat, dan kemampuan belajar.
- Gangguan perkembangan motorik: Stunting juga dapat mempengaruhi perkembangan motorik anak, termasuk kemampuan motorik kasar (seperti berjalan dan berlari) dan kemampuan motorik halus (seperti menggenggam benda dan menulis). Anak yang mengalami stunting mungkin mengalami keterlambatan dalam mencapai tonggak perkembangan motorik.
- Rentan terhadap penyakit: Anak yang mengalami stunting memiliki sistem kekebalan yang lebih lemah dan rentan terhadap infeksi dan penyakit. Mereka cenderung mengalami penyakit seperti diare, infeksi saluran pernapasan, dan penyakit menular lainnya dengan lebih sering dan lebih parah.
- Gangguan perkembangan sosial dan emosional: Stunting juga dapat berdampak pada perkembangan sosial dan emosional anak. Anak yang mengalami stunting mungkin mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial, memiliki keterbatasan dalam membangun hubungan sosial yang sehat, dan menghadapi masalah emosional seperti kecemasan dan depresi.
- Penurunan produktivitas masa depan: Dampak jangka panjang stunting tidak hanya memengaruhi masa anak-anak, tetapi juga berlanjut ke masa dewasa. Anak yang mengalami stunting memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami penurunan produktivitas di masa depan, termasuk keterbatasan peluang pendidikan, pekerjaan yang rendah, dan pendapatan yang lebih rendah.
Penting untuk mengatasi stunting secara dini dan menyediakan intervensi yang tepat guna untuk meminimalkan dampak-dampak negatif ini, serta memberikan dukungan yang holistik untuk perkembangan anak secara menyeluruh.
Faktor risiko stunting
Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya stunting pada anak. Faktor-faktor ini dapat bersifat individual, keluarga, atau masyarakat. Berikut adalah beberapa faktor risiko yang umum terkait dengan stunting:
- Gizi buruk dan kekurangan nutrisi: Kekurangan asupan gizi yang mencukupi, terutama protein, energi, vitamin, dan mineral, merupakan faktor risiko utama stunting. Kurangnya makanan bergizi dan variasi makanan yang terbatas dapat menyebabkan kekurangan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan optimal.
- Kondisi sosioekonomi rendah: Kemiskinan dan keterbatasan ekonomi dapat menjadi hambatan akses terhadap makanan bergizi yang mencukupi. Lingkungan yang tidak mendukung, seperti sanitasi yang buruk dan akses terbatas terhadap air bersih, juga dapat mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan anak.
- Kualitas asuhan dan pola makan yang tidak tepat: Praktik pemberian makan yang tidak tepat, seperti pemberian ASI yang tidak eksklusif atau pengenalan makanan pendamping ASI yang terlambat atau tidak memadai, dapat meningkatkan risiko stunting. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang praktik pemberian makan yang sehat juga dapat memengaruhi pertumbuhan anak.
- Kesehatan ibu selama kehamilan: Kesehatan ibu selama masa kehamilan memainkan peran penting dalam pertumbuhan anak. Jika ibu mengalami gizi buruk, infeksi, atau kondisi kesehatan lainnya selama kehamilan, risiko stunting pada anak dapat meningkat.
- Infeksi dan penyakit: Infeksi kronis, seperti infeksi saluran pernapasan, diare berulang, dan penyakit parasit, dapat mengganggu penyerapan nutrisi dan mempengaruhi pertumbuhan anak.
- Faktor lingkungan: Lingkungan yang tidak sehat, termasuk sanitasi yang buruk, akses terbatas terhadap air bersih, dan perumahan yang tidak memadai, dapat berkontribusi terhadap risiko stunting.
- Faktor genetik dan keturunan: Beberapa faktor genetik dan keturunan dapat memengaruhi potensi pertumbuhan anak dan membuat mereka rentan terhadap stunting.
- Faktor psikososial: Stres, perhatian dan stimulasi yang tidak memadai, serta kurangnya interaksi sosial yang positif juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko ini dan mengimplementasikan langkah-langkah intervensi yang tepat guna untuk mengurangi prevalensi stunting dan meningkatkan kesehatan serta pertumbuhan anak secara keseluruhan.
Pengukuran stunting
Pengukuran stunting menggunakan indikator tinggi badan anak dalam hubungannya dengan usia. Pengukuran stunting umumnya dilakukan pada anak usia di bawah lima tahun. Pengukuran ini mengacu pada standar pertumbuhan yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) dalam WHO Child Growth Standards.
Pada umumnya, pengukuran stunting dilakukan dengan menggunakan alat pengukur tinggi badan (stadiometer) yang akurat dan tahan lama. Berikut adalah prosedur umum untuk pengukuran stunting:
- Persiapkan alat pengukur tinggi badan (stadiometer) yang terkalibrasi dengan baik.
- Pastikan anak dalam keadaan telanjang kaki atau hanya mengenakan pakaian tipis yang tidak memengaruhi pengukuran tinggi badan.
- Anak berdiri tegak dengan punggung lurus dan tumit menyentuh permukaan alat pengukur. Kepala, bahu, pantat, dan tumit harus bersentuhan dengan alat pengukur.
- Pastikan anak dalam posisi rileks dan tidak membungkuk atau membungkukkan tubuh.
- Baca dan catat tinggi badan anak dengan akurasi hingga satuan terkecil yang dapat ditampilkan oleh alat pengukur.
Setelah pengukuran tinggi badan dilakukan, data tersebut dibandingkan dengan standar pertumbuhan yang ditetapkan oleh WHO. Anak dikategorikan sebagai stunted jika tinggi badannya berada di bawah -2 standar deviasi (SD) dari standar pertumbuhan yang ideal.
Penting untuk mengulangi pengukuran tinggi badan beberapa kali dalam jangka waktu tertentu (misalnya setiap 3-6 bulan) untuk memantau pertumbuhan anak secara berkala dan mendapatkan gambaran yang lebih akurat tentang kondisi pertumbuhannya.
Selain itu, pengukuran stunting juga dapat dilakukan dengan menggunakan indeks antropometri lainnya, seperti berat badan untuk tinggi badan (Wasting) dan berat badan untuk usia (Underweight), untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang status gizi anak.
Stunting pada anak balita
Stunting pada anak balita mengacu pada kondisi gagal pertumbuhan linier yang terjadi pada usia di bawah lima tahun. Stunting terjadi ketika tinggi badan anak berada di bawah -2 standar deviasi (SD) dari standar pertumbuhan yang ideal yang ditetapkan oleh WHO Child Growth Standards.
Stunting pada anak balita memiliki dampak jangka panjang yang signifikan terhadap kesehatan dan perkembangan anak. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang stunting pada anak balita:
- Rentang usia: Stunting umumnya terjadi pada anak usia 0 hingga 5 tahun, terutama pada periode 1.000 hari pertama kehidupan, yaitu dari masa kehamilan hingga usia dua tahun anak. Periode ini merupakan fase yang kritis dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
- Faktor risiko: Beberapa faktor risiko dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya stunting pada anak balita, seperti gizi buruk, kekurangan nutrisi, kondisi sosioekonomi rendah, kualitas asuhan dan pola makan yang tidak tepat, kesehatan ibu selama kehamilan yang buruk, infeksi dan penyakit kronis, faktor lingkungan yang tidak sehat, faktor genetik, serta faktor psikososial.
- Dampak kesehatan: Stunting pada anak balita dapat mengakibatkan keterbatasan pertumbuhan fisik, penurunan kemampuan kognitif, gangguan perkembangan motorik, rentan terhadap penyakit dan infeksi, serta gangguan perkembangan sosial dan emosional.
- Dampak jangka panjang: Stunting pada anak balita tidak hanya berdampak pada masa anak-anak, tetapi juga dapat memiliki konsekuensi jangka panjang. Anak yang mengalami stunting berisiko mengalami penurunan produktivitas di masa depan, keterbatasan peluang pendidikan, rendahnya pendapatan, serta peningkatan risiko penyakit kronis.
- Pencegahan dan penanganan: Pencegahan stunting pada anak balita melibatkan upaya yang komprehensif, termasuk peningkatan akses terhadap gizi yang baik, pendidikan gizi, perbaikan sanitasi dan kualitas air, peningkatan kesadaran dan praktik pemberian makan yang sehat, serta perbaikan kondisi sosial-ekonomi.
Dalam menghadapi stunting pada anak balita, penting untuk melibatkan peran serta semua pemangku kepentingan, termasuk keluarga, komunitas, pemerintah, tenaga kesehatan, dan organisasi terkait, untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal.
Cara Mengatasi Stunting
Mengatasi stunting membutuhkan pendekatan yang holistik dan terintegrasi. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi stunting:
- Peningkatan gizi: Penting untuk memastikan anak mendapatkan asupan gizi yang optimal. Ini meliputi pemberian makanan bergizi yang seimbang, termasuk protein, zat besi, vitamin, mineral, dan serat. Makanan tersebut harus mencukupi kebutuhan nutrisi anak dan sesuai dengan tahap perkembangannya.
- ASI eksklusif: Memberikan ASI (Air Susu Ibu) eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan adalah langkah penting untuk mencegah stunting. ASI mengandung nutrisi yang lengkap dan melindungi anak dari infeksi.
- Pemberian makanan pendamping ASI: Setelah enam bulan, anak perlu diperkenalkan pada makanan pendamping ASI yang tepat. Makanan pendamping ASI harus mengandung nutrisi yang seimbang dan sesuai dengan perkembangan anak.
- Suplementasi mikronutrien: Pemberian suplemen mikronutrien, seperti zat besi, vitamin A, dan vitamin D, dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi yang mungkin tidak terpenuhi melalui makanan sehari-hari.
- Pendidikan gizi dan perilaku makan yang sehat: Penting untuk memberikan pendidikan kepada orang tua dan masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang dan perilaku makan yang sehat. Hal ini meliputi pengetahuan tentang jenis makanan yang baik, cara memasak yang tepat, dan porsi makan yang sesuai.
- Perbaikan sanitasi dan akses air bersih: Kondisi sanitasi yang buruk dan akses terbatas terhadap air bersih dapat meningkatkan risiko infeksi yang berkontribusi terhadap stunting. Penting untuk meningkatkan sanitasi dan akses air bersih, termasuk akses ke fasilitas sanitasi yang layak dan memastikan air minum aman untuk dikonsumsi.
- Peningkatan akses ke layanan kesehatan: Memastikan akses yang mudah dan terjangkau ke layanan kesehatan, termasuk pemeriksaan kesehatan rutin, imunisasi, pemantauan pertumbuhan anak, dan penanganan infeksi, sangat penting untuk mencegah dan mengatasi stunting.
- Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan: Anak yang mengalami stunting perlu mendapatkan stimulasi yang tepat untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif, motorik, dan sosial-emosional mereka. Ini melibatkan interaksi yang positif, bermain yang merangsang, dan pendidikan yang sesuai dengan usia anak.
- Pendampingan dan dukungan keluarga: Keluarga memainkan peran penting dalam mengatasi stunting. Penting untuk memberikan dukungan, informasi, dan pendampingan kepada keluarga dalam merawat anak dengan stunting dan menerapkan perubahan gaya hidup yang sehat.
- Pemantauan dan evaluasi: Pemantauan teratur terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak sangat penting. Dengan melakukan pemantauan yang baik, perubahan yang diperlukan dalam perawatan dan intervensi dapat diidentifikasi dan dilakukan.
Mengatasi stunting membutuhkan upaya yang berkelanjutan dan kolaborasi antara pemerintah, sektor kesehatan, keluarga, dan masyarakat.
Program pencegahan stunting
Program pencegahan stunting melibatkan serangkaian intervensi yang ditujukan untuk mengurangi risiko terjadinya stunting pada anak balita. Berikut adalah beberapa contoh program pencegahan stunting yang umum dilakukan:
- Peningkatan akses terhadap gizi yang baik: Program ini mencakup pendidikan gizi kepada ibu hamil dan ibu menyusui, promosi pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan, dan peningkatan akses terhadap makanan bergizi yang mencukupi untuk balita.
- Suplementasi mikronutrien: Program ini melibatkan pemberian suplemen mikronutrien, seperti zat besi, asam folat, dan vitamin A, kepada ibu hamil dan balita untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang penting dalam pertumbuhan anak.
- Pemberdayaan masyarakat: Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang dan praktik pemberian makan yang baik. Hal ini dapat dilakukan melalui kampanye penyuluhan, sesi pelatihan, dan pendekatan partisipatif melibatkan komunitas.
- Perbaikan sanitasi dan kualitas air: Program ini berfokus pada peningkatan akses terhadap sanitasi yang baik, seperti akses terhadap toilet yang higienis dan pengelolaan air yang aman. Selain itu, upaya perbaikan kualitas air minum juga penting untuk mencegah penyakit yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak.
- Perbaikan kondisi sosial-ekonomi: Program pencegahan stunting juga melibatkan upaya untuk mengatasi masalah sosial-ekonomi yang menjadi faktor risiko stunting, seperti kemiskinan, pengangguran, dan kurangnya akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan. Hal ini melibatkan kolaborasi dengan berbagai sektor, termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan lembaga masyarakat.
- Pemantauan dan evaluasi: Program pencegahan stunting memerlukan pemantauan dan evaluasi yang berkelanjutan untuk mengevaluasi dampak intervensi, mengidentifikasi kendala, dan membuat penyesuaian yang diperlukan. Pengumpulan data tentang status gizi anak secara berkala dan analisis trend pertumbuhan sangat penting untuk memonitor keberhasilan program.
Penting untuk mencatat bahwa program pencegahan stunting harus bersifat holistik dan terintegrasi, melibatkan pendekatan multisektor dan kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan.
Perawatan anak stunting
Perawatan anak stunting melibatkan pendekatan yang komprehensif dan terpadu untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Berikut adalah beberapa komponen perawatan yang penting untuk anak yang mengalami stunting:
- Gizi yang baik: Anak stunting perlu mendapatkan asupan gizi yang optimal untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka. Ini termasuk pemberian makanan bergizi yang seimbang, seperti makanan yang kaya protein, vitamin, mineral, dan serat. Pemantauan dan penilaian status gizi anak secara teratur sangat penting untuk memastikan bahwa kebutuhan gizi mereka terpenuhi.
- Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan: Anak stunting perlu mendapatkan stimulasi yang tepat untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif, motorik, dan sosial-emosional mereka. Ini melibatkan interaksi yang positif dan bermain yang melibatkan anak dalam aktivitas fisik, pengenalan kata-kata baru, cerita, dan permainan yang merangsang kreativitas dan imajinasi.
- Pendidikan dan perawatan kesehatan: Pendidikan dan perawatan kesehatan yang komprehensif sangat penting dalam perawatan anak stunting. Ini melibatkan kunjungan rutin ke fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan, imunisasi, dan pemantauan pertumbuhan anak. Selain itu, pendidikan tentang praktik pemberian makan yang sehat dan pentingnya kebersihan dan sanitasi juga perlu diberikan kepada orang tua atau pengasuh anak.
- Intervensi psikososial: Anak stunting mungkin memerlukan dukungan psikososial yang tepat untuk mengatasi dampak emosional dan sosial yang mungkin mereka alami. Ini melibatkan pemberian dukungan emosional, peningkatan interaksi sosial, dan stimulasi mental yang positif untuk membantu anak mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang sehat.
- Pendampingan dan dukungan keluarga: Keluarga memainkan peran penting dalam perawatan anak stunting. Mereka perlu diberikan dukungan, informasi, dan pendampingan untuk memahami kebutuhan anak dan melaksanakan perawatan yang tepat. Program pendidikan dan pelatihan bagi orang tua atau pengasuh anak dapat membantu meningkatkan pemahaman mereka tentang cara merawat anak yang stunting.
- Penanganan komorbiditas: Beberapa anak stunting mungkin juga menghadapi komorbiditas, seperti infeksi saluran pernapasan, gangguan gizi lainnya, atau masalah kesehatan lainnya. Penting untuk mengidentifikasi dan menangani komorbiditas ini secara tepat guna memastikan kesehatan yang optimal bagi anak.
Perawatan anak stunting harus didasarkan pada evaluasi individu dan kebutuhan spesifik anak. Tim kesehatan, termasuk dokter, ahli gizi, ahli psikologi, dan tenaga kesehatan lainnya, dapat bekerja sama untuk menyusun rencana perawatan yang tepat guna dan memberikan dukungan yang diperlukan kepada anak dan keluarganya.
Stunting di Indonesia
Stunting merupakan masalah serius di Indonesia. Menurut data yang tersedia, prevalensi stunting di Indonesia masih relatif tinggi. Berdasarkan Riskesdas 2018 (Riset Kesehatan Dasar), angka stunting pada anak di bawah lima tahun di Indonesia adalah sekitar 27,7%.
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap tingginya angka stunting di Indonesia antara lain:
- Gizi buruk: Gizi buruk menjadi penyebab utama stunting. Kurangnya asupan gizi yang adekuat, seperti protein, zat besi, vitamin A, vitamin D, dan zat-zat lainnya, dapat mempengaruhi pertumbuhan anak secara negatif.
- Praktik pemberian makan yang tidak tepat: Pola pemberian makan yang tidak seimbang dan tidak tepat, seperti pemberian makanan yang rendah gizi, pemberian makanan dalam jumlah yang tidak mencukupi, atau pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak, dapat menyebabkan stunting.
- Akses terhadap air bersih dan sanitasi yang buruk: Kondisi sanitasi yang buruk, termasuk akses terhadap air bersih yang terbatas dan sanitasi yang tidak memadai, dapat meningkatkan risiko infeksi dan penyakit pada anak, yang pada gilirannya dapat mengganggu pertumbuhan mereka.
- Kurangnya akses terhadap layanan kesehatan: Akses terbatas terhadap layanan kesehatan, termasuk pelayanan kesehatan ibu dan anak, imunisasi, pemantauan pertumbuhan anak, dan penanganan infeksi, dapat berkontribusi terhadap tingginya angka stunting.
Pemerintah Indonesia telah mengambil berbagai langkah untuk mengatasi masalah stunting ini. Beberapa program yang diluncurkan meliputi:
- Program Pangan Tambahan: Program ini menyediakan makanan tambahan untuk anak-anak di bawah lima tahun dan ibu hamil yang berisiko mengalami stunting.
- Program Keluarga Harapan (PKH): Program ini memberikan bantuan sosial kepada keluarga miskin untuk memperbaiki akses mereka terhadap pangan, layanan kesehatan, dan pendidikan, dengan harapan dapat mengurangi angka stunting.
- Peningkatan akses sanitasi dan air bersih: Program ini berfokus pada peningkatan akses terhadap sanitasi yang baik dan air bersih yang aman guna mengurangi risiko penyakit yang berkontribusi terhadap stunting.
- Edukasi dan kampanye gizi: Dilakukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi seimbang dan pentingnya pemberian makanan yang baik kepada anak.
Selain itu, kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat, sangat penting dalam mengatasi masalah stunting di Indonesia.